Tidak dapat dipungkiri, situasi perekonomian global akhir-akhir ini penuh dengan ketidakpastian. Berawal dari krisis subprime mortgage yang mulai pada tahun 2007, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh institusi keuangan raksasa di Amerika, tetapi juga oleh banyak investor di Indonesia. Hal ini nyata terlihat pada pergerakan nilai IHSG yang pada tanggal 24 Oktober 2008 lalu sempat menyentuh level 1.350, turun 50% dari level tertingginya sebesar 2.830 pada awal Januari 2008.
Menurut Andy Untono, pengamat ekonomi, dalam masa sulit seperti sekarang, investor perlu menerapkan strategi yang jitu, agar hasil investasi yang sudah diperoleh dapat dipertahankan. Menurut Andy, ada lima cara sederhana yang dapat diterapkan oleh semua orang dalam keadaan pasar yang bergejolak, yaitu:
1. Berinvestasi sesuai profil risiko yang dimiliki
Umumnya investor dapat dibagi menjadi 3 tipe investor. Yang pertama yaitu tipe agresif. Tipe investor ini menyukai pertumbuhan portfolio yang agresif dan tidak terlalu khawatir terhadap fluktuasi pasar jangka pendek/menengah. Mereka cocok untuk berinvestasi di pasar saham. Yang kedua yaitu tipe investor moderat, dengan karakteristik condong kepada pertumbuhan portfolio yang stabil. Untuk mereka, sebagian besar investasi bisa ditanamkan dalam instrumen pendapatan tetap dengan sisanya di pasar saham. Terakhir yaitu tipe investor konservatif, yang lebih mengutamakan pengembalian hasil investasi secara rutin, tanpa ada fluktuasi pasar. Tipe seperti ini cocok untuk menanamkan seluruh dana mereka dalam instrumen pendapatan tetap. Dengan mengetahui profil risiko, anda akan dapat memilih jenis investasi yang cocok untuk diri anda.
2. Melakukan diversifikasi investasi
Pepatah lama mengatakan, “Jangan menaruh semua telur dalam 1 keranjang”. Setiap investor, selain perlu mengetahui profil risiko yang dimiliki, juga harus melakukan diversifikasi investasi. Sebagai contoh, jika anda investor berprofil agresif, anda perlu menyebar investasi di berbagai macam saham. Cara termudah adalah dengan membeli produk unit-link, di mana manajer investasi secara otomatis menginvestasikan dana anda di berbagai macam saham di sejumlah sektor untuk menyebar resiko investasi sehingga nilai investasi tidak turun signifikan bila terjadi gejolak di salah satu sektor.
3. Berinvestasi dengan sistem menyicil (Rp-cost averaging)
Dalam keadaan pasar yang tidak menentu, strategi investasi dengan sistem menyicil sangat cocok untuk diterapkan. Dengan berinvestasi secara menyicil, anda akan dapat memanfaatkan keadaan pasar yang sedang turun dengan tetap disiplin membeli unit investasi di tingkat harga lebih murah. Dengan demikian, jika pasar membaik kembali, anda akan mendapat keuntungan tambahan dengan sistem cicilan ini.
4. Hanya membeli produk investasi dari pihak yang dapat dipercaya
Dengan ragam pilihan produk investasi yang ada sekarang ini, investor harus semakin jeli dalam menilai, mana pihak yang dapat dipercaya untuk mengelola dana investor secara profesional dan bertanggung jawab.
5. Cenderung melakukan investasi dalam jangka panjang
Dalam jangka pendek, pergerakan nilai investasi, terutama di pasar saham bisa saja turun. Namun dalam jangka panjang, pergerakan nilai investasi cenderung mengikuti pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi. Asal ekonomi Indonesia tetap berkembang, nilai investasi cenderung akan naik.
dikutip dari web BCA.
Menurut Andy Untono, pengamat ekonomi, dalam masa sulit seperti sekarang, investor perlu menerapkan strategi yang jitu, agar hasil investasi yang sudah diperoleh dapat dipertahankan. Menurut Andy, ada lima cara sederhana yang dapat diterapkan oleh semua orang dalam keadaan pasar yang bergejolak, yaitu:
1. Berinvestasi sesuai profil risiko yang dimiliki
Umumnya investor dapat dibagi menjadi 3 tipe investor. Yang pertama yaitu tipe agresif. Tipe investor ini menyukai pertumbuhan portfolio yang agresif dan tidak terlalu khawatir terhadap fluktuasi pasar jangka pendek/menengah. Mereka cocok untuk berinvestasi di pasar saham. Yang kedua yaitu tipe investor moderat, dengan karakteristik condong kepada pertumbuhan portfolio yang stabil. Untuk mereka, sebagian besar investasi bisa ditanamkan dalam instrumen pendapatan tetap dengan sisanya di pasar saham. Terakhir yaitu tipe investor konservatif, yang lebih mengutamakan pengembalian hasil investasi secara rutin, tanpa ada fluktuasi pasar. Tipe seperti ini cocok untuk menanamkan seluruh dana mereka dalam instrumen pendapatan tetap. Dengan mengetahui profil risiko, anda akan dapat memilih jenis investasi yang cocok untuk diri anda.
2. Melakukan diversifikasi investasi
Pepatah lama mengatakan, “Jangan menaruh semua telur dalam 1 keranjang”. Setiap investor, selain perlu mengetahui profil risiko yang dimiliki, juga harus melakukan diversifikasi investasi. Sebagai contoh, jika anda investor berprofil agresif, anda perlu menyebar investasi di berbagai macam saham. Cara termudah adalah dengan membeli produk unit-link, di mana manajer investasi secara otomatis menginvestasikan dana anda di berbagai macam saham di sejumlah sektor untuk menyebar resiko investasi sehingga nilai investasi tidak turun signifikan bila terjadi gejolak di salah satu sektor.
3. Berinvestasi dengan sistem menyicil (Rp-cost averaging)
Dalam keadaan pasar yang tidak menentu, strategi investasi dengan sistem menyicil sangat cocok untuk diterapkan. Dengan berinvestasi secara menyicil, anda akan dapat memanfaatkan keadaan pasar yang sedang turun dengan tetap disiplin membeli unit investasi di tingkat harga lebih murah. Dengan demikian, jika pasar membaik kembali, anda akan mendapat keuntungan tambahan dengan sistem cicilan ini.
4. Hanya membeli produk investasi dari pihak yang dapat dipercaya
Dengan ragam pilihan produk investasi yang ada sekarang ini, investor harus semakin jeli dalam menilai, mana pihak yang dapat dipercaya untuk mengelola dana investor secara profesional dan bertanggung jawab.
5. Cenderung melakukan investasi dalam jangka panjang
Dalam jangka pendek, pergerakan nilai investasi, terutama di pasar saham bisa saja turun. Namun dalam jangka panjang, pergerakan nilai investasi cenderung mengikuti pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi. Asal ekonomi Indonesia tetap berkembang, nilai investasi cenderung akan naik.
dikutip dari web BCA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar